13/03/11

Belajar dari Bangsa Jepang

Pulang membezoek seorang saudara, masih nyetir di tengah kemacetan Jumat sore yang luarbiasa, BBM saya bunyi trs, sesampai di rumah saya cek penuh oleh pesan "tsunami di Jepang, kemungkinan mencapai Papua, Maluku, dan Manado, pukul 18.30 wib"

Langsung saya stel tivi.

Allahu Akbar!

Dahsyatnya gelombang tsunami dengan kecepatan sekitar 800 km/jam, menyeret mobil, rumah, truk container. Terakhir kabar jumlah korban mencapai dua ribu orang meninggal dan ribuan lainnya masih hilang. Padahal yang saya tahu, negara Jepang itu negara berteknologi sangat maju termasuk dalam mengantisipasi bencana. Akan tetapi, saya pikir, Allah Maha Besar sedang mengingatkan, sedang menunjukkan tanda bukti Kuasa-Nya.






Saya pernah 7 tahun bekerja di perusahaan Jepang. Selama itu saya tidak pernah melihat para staf dan pimpinan Jepang-nya, mengerjakan ritual ibadah suatu agama pun. Waktu makan, meeting, memulai pekerjaan atau ketika menemukan jalan keluar menyelesaikan 'trouble' dalam pekerjaan. Pernah ada rekan kerja saya, pas jam istirahat secara bergurau, menanyakan, "Mr Fujimoto, agamanya apa ya?"

Yang ditanya menjawab sambil senyum jaim, "Agama saya: pekerjaan."

Saya heran, sayang amet ya, pintar tapi atheis, audzubillahi min dzalik.

Hari ini saya teringat dua potong firman Allah Swt,

‎"Dan Dia menunjukkan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepadamu. Lalu tanda-tanda (kebesaran) Allah yang mana yang kamu ingkari? Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di bumi, lalu mereka memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka. Mereka itu lebih banyak, lebih hebat, lebih unggul peradabannya di bumi, namun semua yang mereka usahakan itu tak dapat menolong mereka." [QS Al Mukmin 40 : 81-82]


Saya menyampaikan belasungkawa sebesar-besarnya pada para korban bencana tsunami di Jepang, dan marilah kita memanjatkan doa agar para korban bencana tsunami diberikan kemudahan dan ketabahan menghadapi bencana yang luar biasa ini.


Saya tetap mengagumi keunggulan bangsa Jepang. Disiplin yang tinggi, kejujuran, ketekunan, semangat kerja keras, kegigihan, dan kehebatannya belajar dari pengalaman (bencana).

Bangsa Jepang menunjukkan diri sebagai bangsa yang belajar dari pengalaman. Setelah peristiwa Gempa Kobe sebesar 6,8 SR dengan waktu sekitar 20 detik pada 17 Januari 1995 yang menewaskan 6.434 jiwa dan menghancurkan 200.000 bangunan, Jepang langsung bebenah diri. Seluruh bangunan baru di buat dengan daya tahan gempa yang lebih kuat di seluruh negeri bukan hanya di Kobe, karena asumsinya kalau di Kobe bisa terjadi seperti itu di manapun bisa. Terbukti, ketika kemudian datang gempa dengan kekuatan 8,9 SR datang (30% lebih kuat) dan berlangsung cukup lama (beberapa menit) sebagian besar gedung bertahan dan gedung bertingkat hanya bergoyang-goyang.

Saya percaya, kota-kota yang hancur diterjang tsunami, tak lama dari sekarang pasti pulih kembali, dengan teknologi baru yang jauh lebih canggih lagi.

Saya masih menyimpan impian, suatu hari, bisa berkunjung, liburan ke Jepang insyaAllah. Amiin. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar