19/02/11

Memakai Jilbab Mendatangkan Pertolongan Allah

Ada tetangga, bu Marsito, setahu saya beliau adalah seorang missionaris. Beliau orang yang ramah, care. Rajin mampir ke rumah, apalagi kalau beliau tahu saya sedang sendirian. Kebetulan orangtua saya dua-duanya bekerja kantoran.

Suatu hari, bu Marsito, bilang begini sama saya, lembuuut sekali, "Fifi... apa Fifi sudah pikirkan matang-matang, resikonya memakai jilbab? Nanti susah loh dapet jodoh, nanti nggak ada laki-laki yang mau sama kamu, kamu bisa jadi perawan tua tuh kayak si anu si anu si anu... Fifi nanti susah juga dapet pekerjaan, paling-paling yang mau terima perempuan pake jilbab itu pasar swalayan Tiptop, itu pun sekarang sudah banyak sekali karyawatinya, yang antri melamar kerja banyak yang diterima cuma satu-dua orang saja."

Rasanya, pingin deh, membantah, tapi saya menghormati beliau sebagai orangtua dan kawan baik orangtuaku. Tapi kemudian saya jadikan kata-kata beliau ini sebagai sebuah tantangan. Saya percaya seribu persen, yang mengatur jodoh dan rezeki saya adalah Allah Swt, tinggal terserah saya mau ikhtiar apa enggak untuk menjemputnya.

Dua semester pertama IPK saya nasakom (nilai satu koma) karena saya nggak fokus. Saya pingin banget kuliah sastra, tapi orangtua saya keukeuh saya di Informatika. Karena alam bawah sadar saya bilang, "Ridho Allah bersama ridho orangtua," maka saya putuskan melanjutkan kuliah di Informatika. Saya bekerja keras melakukan yang terbaik memperbaiki IPK saya yang tertinggal. Lumayan saya lulus S1 dengan IPK 2,96. Tak buruk lah, untuk jurusan Teknik Informatika.

Saya melamar pekerjaan dari kantor ke kantor. Malam hari menjelang subuh, saya usahakan konsisten qiyamul-lail, sholat dan dzikr. Beberapa kali saya ditolak, sempat ada rasa kecewa, tapi kemudian saya berbaik sangka bahwa Allah sedang mempersiapkan saya bekerja di tempat yang terbaik. Pesaing-pesaing saya (sama-sama melamar posisi yang sama) banyak perempuan dan busananya aduhay. Saya jadi teringat lagi kata-kata bu Marsito, tapi malah makin menguatkan keyakinan saya pada pertolongan Allah.

Dua pekan setelah wisuda saya untuk ke sekian belas kali saya menerima panggilan tes dan wawancara. Kali ini sebuah perusahaan Jepang yang terkenal membutuhkan 1 orang IT Programmer. Pesaing-pesaing saya (sama-sama melamar posisi yang sama) adalah teman-teman kuliah saya yang pintar-pintar, dan beberapa mahasiswa UI. Jumlahnya kurleb 16 orang. Saya tak punya kenalan sama sekali di perusahaan itu, yang konon sih besar pengaruhnya, terima atau enggak.

Saya jalani saja prosesnya, sebaik-baiknya, dan ikhlas, terserah Allah Swt mau tempatkan saya dimana. Indah sekali skenario Allah untuk saya, ada saja yang berguguran selama proses itu, akhirnya tersisa dua kandidat. Manager dan Direkturnya pun bingung, kompetensi saya dan Novi saling melengkapi. Akhirnya kami berdua melalui masa percobaan tiga bulan pertama. Setelah itu Allah menempatkan Novi di perusahaan yang sama, tapi beda divisi. Alhamdulillah, saya tidak pernah menyesal 'nurut kemauan orangtua.

Iseng-iseng, pulang kerja, saya lewat di depan rumah bu Marsito, ngarep banget ada beliau, ngarep banget ditanya. Hehehe.. :P Ternyata bener. Beliau ada di depan rumah, dan menyapa saya, "Fifi darimana?"

"Pulang kerja, tante.." jawab saya dengan tersenyum maniiiis :P

"Oya, kerja dimana?" tanya beliau.

"Perusahaan Jepang, tante... " lalu saya sebutlah nama perusahaannya.

"Oh, memang boleh pakai jilbab? Atau kamu harus bongkar-pasang ya, kayak si anu yang kerja di kantornya," tanya beliau lagi.

"Alhamdulillah boleh, yang saya pakai ini seragamnya loh tante..." jawab saya sambil ngarep pertanyaan berikutnya.

"Kerja jadi apa Fifi? Buruh pabrik ya?" akhirnya keluar juga pertanyaan ini.

"Saya kerja sebagai Progammer sistim komputer, membantu staf dan Direktur Keuangan-nya, tante.." jawabku sambil senyam-senyum-sengak. :P

Tau gak, hari Sabtu sore, beliau berkunjung lagi ke rumahku, teteub nekad, ngomongin soal susah jodoh, perawan tua, bla bla bla. Saya bukan nggak mau jawab, cuma takut dia ngeyel trs saya jadi esmosi jiwa trs jadi ngomong ngawur nyakitin dia. Jaim dong, demi ortu. Saya menjaga nama baik orangtua.

Enam bulan ngantor, Allah Swt menghadirkan jodoh saya. Kami undang beliau. Saya tau, pasti nggak lama dateng ke rumah. Bener. Beliau tanya, "Fifi calonnya orang mana? Kerja, enggak? Kerja apa, dimana?"

Kali ini dengan mantap saya jawab, "Orang Jakarta, sarjana S1 juga tante... kerjanya sama dengan pekerjaan Fifi, tapi sistimnya lebih canggih lagi, di Bank (saya sebutlah nama bank terkenal itu)."

Gotcha!


Teman-teman muslimah yang dirahmati Allah, yakinlah, dengan memakai jilbab justru akan mendatangkan pertolongan Allah, jika kita barengi dengan ikhtiar dan amalan yang Allah ridhoi, seperti patuh pada orangtua, bergaul dengan orang-orang yang shaleh dan cerdas, serta senanglah bekerja keras memantaskan diri menyambut rezeki dan jodoh terbaik. Wallahu'alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar